Metode world café dan improvisasinya




The World Café merupakan metode sederhana untuk mendapatkan kecerdasan kolektif dari suatu kelompok dan meningkatkan kapasitas dari setiap anggota kelompok untuk melakukan tindakan efektif di dalam mengejar tujuan bersama. Metode ini biasa digunakan oleh para fasilitator “vibrant” kepada para peserta pelatihan untuk menyediakan proses alternatif agar terjadi dialog antar peserta yang lebih berkualitas dan beragam. Hal ini bisa terjadi karena partisipan mengalami percakapan di meja mereka sebagai pembuka dan kemudian dihubungkan dengan semua meja yang ada di ruangan.

Metode world café biasanya digunakan bagi peserta sebanyak ± 30 orang, dimana Empat partisipan akan duduk mengelilingi meja café untuk mendiskusikan hal-hal penting yang berhubungan dengan hidup, pekerjaan ataupun komunitas mereka. Para partisipan yang lain juga melakukan hal yang sama. Mereka harus menulis ide-ide kunci mereka. Setelah 20-30 menit, mereka akan berganti teman diskusinya. Hanya ada satu orang yang akan tetap berada di meja yang sama. Biasanya proses seperti ini diulang hingga tiga kali, dan biasanya proses ini akan selesai sekitar 2 jam.

Ada hal yang cukup menantang ketika kita diminta memfasilitasi peserta lebih dari seratusan orang dengan menggunakan metode world café, dimana kita akan membutuhkan banyak co-fasilitator untuk membantu proses kegiatan serta meja, kursi dan ruangan yang cukup besar sebagai media Café-nya. Improvisasi serta perencanaan yang matang dengan tim fasilitator tentunya dilaksanakan jauh hari sebelum tanggal pelaksanaan. Kegiatan Workshop Evaluasi Nasional dan Exit Strategy PNPM LMP yang berlangsung di Pulau Bali sejak tanggal 16 hingga 20 Oktober 2012 lalu merupakan contoh dari improvisasi metode world café.

Kegiatan nasional ini diikuti oleh 163 peserta yang terdiri dari kalangan Government dan Non Goverment. Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode fasilitasi dengan istilah “Green Café”, dimana para peserta yang sebanyak 163 orang dibagi menjadi empat kelompok diskusi untuk membahas empat aspek utama yakni kebijakan, kelembagaan, penganggaran dan pelaksanaan serta ditengah-tengahnya terdapat meja untuk para penjaga Café.
Para penjaga Café dalam metode Green Café ini adalah perwakilan para pihak yang bertugas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar PNPM LMP dari para perwakilan kelompok kebijakan, kelembagaan, penganggaran dan pelaksanaan.

Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini, akhirnya telah berhasil mengukur dan menilai relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak pelaksanaan suatu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya secara objektif dengan ukuran yang dapat diterima oleh seluruh pihak yang terlibat. Fokus utamanya adalah lebih diarahkan kepada capaian dari empat aspek utama yakni kebijakan, kelembagaan, penganggaran serta pelaksanaan.



Kuta Beach Hotel, November 2012

Nano Sudarno

www.nanosudarno.blogspot.com