High Trust, High Speed and Low Trust, Low Speed




Makna kata diatas sangatlah erat hubungannya dengan dunia fasilitasi. Kepercayaan yang tinggi seorang fasilitator kepada kelompok dampingannya, tentunya akan berdampak kepada lancarnya kegiatan-kegiatan kelompok yang didampinginya. Demikian pula halnya dengan kepercayaan yang diberikan kepada seorang fasilitator dari kantornya dalam menjalankan kegiatan-kegiatan memfasilitasi masyarakat di lapangan. Hal ini juga tentunya akan berlaku sebaliknya, dimana kekurang-percayaan seorang fasilitator kepada kelompok dampingannya, tentunya akan berdampak kepada ketidak lancarnya kegiatan-kegiatan kelompok yang didampinginya.

Dunia fasilitasi memang bukan hanya antara seorang fasilitator dengan masyarakat dampingannya dan seorang fasilitator dengan team kerjanya (manajemen), melainkan juga antara team kerjanya (manajemen) dengan lembaga donor yang telah mempercayakan dananya pada kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kepercayaan yang diberikan team kerja/kantor (manajemen) kepada seorang fasilitator, biasanya juga akan berdampak kepada kinerja fasilitator dalam memfasilitasi kegiatan-kegiatan kepada masyarakat dampingannya.

Percaya, menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah menganggap atau yakin bahwa seseorang itu benar, jujur serta yakin akan kemampuan atau kelebihan seseorang. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).

Ketika seorang fasilitator dipercaya oleh manajemen-nya maupun masyarakat dampingannya, maka banyak hal akan berjalan dengan baik dan mudah, namun sebaliknya ketika rasa percaya itu hilang maka secara perlahan kesulitan akan hadir. Begitu demikian luhurnya arti sebuah kepercayaan, sehingga butuh waktu untuk membangun dan mempertahankannya. Kepercayaan tidak datang dengan tiba-tiba, dia harus dibangun, dan dipertahankan untuk selama-lamanya. Ada beberapa orang/pihak yang bisa membangun tetapi kurang pandai dalam mempertahankan.

Tiga elemen atau faktor penting yang perlu dilakukan untuk membangun serta mempertahankan kepercayaan, diantaranya adalah :
1. Kredibilitas
Kredibilitas merupakan hal sangat penting untuk diperhatikan. Semakin bagus kualitas dan kapabilitas seorang fasilitator/manajemen dalam memfasilitasi masyarakat akan semakin kredibel dimata donor.
Untuk mewujudkan kredibilitas seorang fasilitator/manajemen-pun perlu waktu yang tidak singkat dan butuh proses untuk mengenalnya. Penampilan saja memang tidak cukup untuk menilai atau mengukur kredibilitas seorang fasilitator/manajemen. Karena lamanya waktu yang dibutuhkan itulah maka disini perananan kredibilitas menjadi menjadi learning poin.
…………………………………
2. Kedekatan
Kedekatan merupakan faktor kedua yang sangat penting dalam membangun kepercayaan, seorang fasilitator/manajemen memiliki kredibilitas tetapi tidak punya kedekatan dan tidak mampu untuk berkomunikasi dengan baik dengan donor, maka kepercayaan pun sulit di wujudkan. Kredibilitas akan menjadi sangat tidak berarti jika tidak di imbangi dengan kedekatan.
………………………………
3. Reliabilitas atau keandalan
Reliabilitas merupakan pembuktian apakah seorang fasilitator/manajemen bisa memenuhi hal-hal yang diharapkan oleh donor. Atau apakah penjual bisa memenuhi hal-hal yang diharapkan dari para konsumennya. Dari ketiga elemen, reliabilitas ini faktor yang terpenting dalam membangun apalagi mempertahankan kepercayaan.
……………………………..
Dalam melakukan kegiatan pendampingan masyarakat, kepercayaan merupakan modal utama. Baik kepercayaan dari donor kepada manajemen (lembaga non pemerintah), manajemen kepada fasilitator maupun fasilitator kepada masyarakat dampingannya, pasti membutuhkan yang namanya kepercayaan. Karena sekali saja kita kehilangan keperayaan maka untuk mendapatkannya kembali butuh waktu yang sangat lama dan tentunya tidak akan mudah.



Bandar Lampung,27 Juni 2014
(ref : Arya Ningtyas_kompasiana.com_3-faktor penting dalam membangun kepercayaan_12April2013)

Nano Sudarno

www.nanosudarno.blogspot.com