Memfasilitasi dengan Hati


Memfasilitasi dengan hati merupakan implementasi pelaksanaan kegiatan fasilitasi kepada masyarakat dengan sungguh-sungguh. Kegiatan fasilitasi (dalam hal ini pendampingan) kepada masyarakat, tentunya dengan menggunakan akal sehat dan pikiran yang jernih, serta mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki oleh seorang fasilitator dalam melakukan setiap kegiatan fasilitasi kepada masyarakat.

Fasilitator pemberdayaan masyarakat, ketika melaksanakan kegiatan fasilitasi kepada masyarakat dengan hati dan kemauan untuk memfasilitasi dengan baik sangat kuat, maka pikirannya akan semakin tajam. Sehingga akan lebih produktif dibandingkan dengan seorang fasilitator yang melakukan kegiatan fasilitasi kepada masyarakat tanpa hati atau asal-asalan. Hati yang bersih-lah yang menggerakan pikiran baik, kemauan dan tindakan baik kita. Saat diri kita memfasilitasi masyarakat dengan sepenuh hati, kita akan lebih bisa menikmati kegiatan fasilitasi tersebut, lain dibandingkan saat mengabaikan hati. Tanpa sepenuh hati, kegiatan memfasilitasi masyarakat yang ringan akan menjadi terasa berat dan menyesakkan.

Memfasilitasi dengan sepenuh hati bukanlah semata-mata demi mengejar target laporan pekerjaan semata, melainkan demi kepentingan bersama, yakni kita dan masyarakat. Apapun bentuk kegiatan fasilitasi di masyarakat, apapun kondisinya, hendaknya kita lakukan dengan sepenuh hati. Kita takkan menyangka di balik apa yang kita fasilitasi saat ini, akan ada kejutan yang nantinya akan hadir di luar kesadaran kita, percayalah...

Setiap manusia memiliki peranan dalam kehidupan, dan pemegang peranan yang baik adalah pemeran yang menjalani kehidupan dan berkegiatan (bekerja) dengan sepenuh hati. Jika selama ini, kita telah melupakan hati, mengabaikan hati dalam setiap langkah yang mesti kita nikmati, maka sudah saatnya kita mengaktifkan kekuatan hati. Saatnya kembali ke hati untuk merasakan kebahagiaan dan kedamaian sejati dengan memfasilitasi setiap kegiatan fasilitasi kepada masyarakat dengan sepenuh hati.

Melibatkan hati dalam memfasilitasi masyarakat memang penting karena secara totalitas, diri kita terlibat dalam proses fasilitasi yang dilakukan. Hasil yang didapatkan-pun akan berbeda antara fasilitator yang memfasilitasi masyarakat dengan hati dan fasilitator yang memfasilitasi masyarakat secara asal-asalan. Seorang fasilitator yang memfasilitasi masyarakat dengan sungguh-sungguh serta tekun dalam mengerjakan setiap kegiatannya, akan merasakan kepuasan tersendiri dalam batinnya. Begitu pentingnya bagi  fasilitator untuk bisa melibatkan hati dalam setiap kegiatan fasilitasinya di masyarakat. Bukan cuma setengah yang diharapkan, melainkan dengan sepenuh hati.

Sebagai kata penutup, bahwa apapun yang dikerjakan dengan sepenuh hati, serius, fokus dan totalitas akan menghasilkan kualitas prima. Kesuksesan selalu diraih oleh mereka yang bekerja dengan segenap hatinya.




Kampung Cipicung, Sukabumi 27 Juli 2015

Nano Sudarno

www.nanosudarno.blogspot.com