Cikal Bakal Homestay di Sekitar Kawasan Taman Nasional Way Kambas



Taman Nasional Way Kambas memiliki luas wilayah sekitar  125,631.31 ha dan memiliki 4 tipe ekosistem utama, seperti : hutan hujan dataran rendah, hutan rawa, hutan mangrove dan hutan pantai. Selain itu, terdapat jenis-jenis satwa langka antara lain Badak Sumatera, Gajah Sumatera, dan Harimau Sumatera. Dengan demikian, Taman Nasional Way Kambas dapat dikatakan memiliki nilai konservasi yang sangat tinggi, termasuk nilai lain berupa nilai ekonomi yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Selain memiliki beberapa jenis satwa langka yang dilindungi tersebut, Taman Nasional Way Kambas juga menjadi rumah bagi ratusan jenis burung seperti jenis burung elang, burung rangkong hingga jenis burung yang langka dan dilindungi, yakni Mentok Rimba (Asarcornis Scutulata). 

Kekayaan fauna yang dimiliki oleh Taman Nasional Way Kambas telah mengundang para wisatawan untuk datang mengunjunginya. Pada tahun 2013, jumlah pengunjung yang datang ke Taman Nasional Way Kambas mencapai 13.302 orang, dengan rincian 12.936 orang dari berbagai daerah di Indonesia, dan warga negara asing mencapai 339 pengunjung. Sementara tahun 2014, jumlah pengunjung mencapai 24.001 orang, dengan rincian pengunjung dari Indonesia sebanyak 23.798 orang, dan wisatawan asing mencapai 203 pengunjung. (sumber https://lampung.antaranews.com/berita/287839/potensi-wisata-taman-nasional-way-kambas). Banyaknya jumlah wisatawan yang mengunjungi kawasan Taman Nasional Way Kambas tersebut telah memberikan inspirasi bagi Yapeka yang ketika itu sedang berkegiatan dalam konsorsium YABI-WCS-YAPEKA dan didanai oleh TFCA- Sumatera untuk memfasilitasi masyarakat dampingannya dalam membangun homestay ditempat tinggalnya masing-masing, khususnya masyarakat Desa Labuhan Ratu 9, Desa Labuhan Ratu 7 dan Desa Braja Yekti. Maka, ketika pelaksanaan kegiatan pelatihan pariwisata berkelanjutan pada bulan April 2014 dilaksanakan, tema pelatihan yang diberikan kepada masyarakat ketiga desa tersebut adalah HOMESTAY. Pada pelaksanaan kegiatan pelatihan pariwisata berkelanjutan tersebut, seluruh peserta dari Desa Labuhan Ratu 9 dan Desa Labuhan Ratu 7 serta beberapa undangan dan panitia diminta untuk bermalam di homestay yang telah disiapkan oleh kelompok sadar wisata/POKDARWIS Desa Braja Yekti. Dengan merasakan bermalam di homestay di Desa Braja Yekti, peserta yang berasal dari Desa Labuhan Ratu 9 dan Desa Labuhan Ratu 7 telah mendapatkan pengalaman secara langsung bagaimana rasanya menjadi wisatawan dan tinggal di homestay. Sementara untuk masyarakat Desa Braja Yekti yang rumahnya dijadikan homestay juga mendapatkan pengalaman dalam melayani tamu (wisatawan) yang tinggal dirumahnya. Kegiatan pelatihan pariwisata berbasis desa yang dilaksanakan di Desa Braja Yekti ketika itu memang bertemakan tentang pengelolaan homestay dan pembuatan paket wisata. Sehingga, selain teori yang didapat oleh para peserta mengenai homestay, pengalaman langsung-pun dapat dirakan oleh para pesertanya.

Dalam rangka membangun kemitraan sesama penggiat ekowisata antara masyarakat desa penyangga kawasan Taman Nasional Way Kambas dengan rekan-rekan pelaku wisata dari Kota Pangkalan Bun (Kalimantan-Tengah) yang terbiasa membawa tamu ke Taman Nasional Tanjung Puting TNTP, maka pada tanggal 4 dan 5 Desember 2014, YAPEKA kembali memfasilitasi kedatangan rekan-rekan  pelaku wisata dari Kota Pangkalan Bun tersebut untuk berkunjung ke lokasi-lokasi desa wisata di Desa Labuhan Ratu 9, Desa Labuhan Ratiu 7 dan Desa Braja Yekti, serta ke dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas, seperti ke Pusat Konservasi Gajah dan Suaka Rhino Sumatera. Selama berada di wilayah Way Kambas, rekan-rekan pelaku wisata dari Kota Pangkalan Bun ditempatkan pada homestay yang berada di Desa Labuhan Ratu 7. Pengalaman melayani tamu (wisatawan) yang tinggal dirumahnya telah didapat oleh rekan-rekan Kelompok Desa Wisata Labuhan Ratu 7, dan rekan-rekan pelaku wisata dari Kota Pangkalan Bun juga telah memberikan banyak masukan mengenai pengelolaan homestay yang baik. Ketika kegiatan pelatihan pariwisata berkelanjutan berikutnya yang diselenggarakan pada tanggal 13 s/d 16 Desemberl 2014, giliran kelompok sadar wisata (pokdarwis) Desa Labuhan Ratu 9 yang menyiapkan homestay untuk peserta dari Desa Labuhan Ratu 7 dan Braja Yekti. Pada pelaksanaan kegiatan pelatihan di Desa Labuhan Ratu 9 waktu itu, pihak media dan travel biro serta pemerintah kabupaten lampung timur dilibatkan juga untuk mengujicobakan paket-paket desa wisata. Rekan-rekan dari pihak media, travel biro dan pemerintah kabupaten lampung timur telah memberikan begitu banyak masukan yang membangun mengenai pengelolaan homestay dan pengelolaan desa wisata. Kawan-kawan media dan travel biro juga telah membantu mempromosikan desa wisata dan keberadaan homestay yang terdapat disekitar Taman Nasional Way Kambas kepada jaringannya.

Untuk menjamin datangnya tamu yang menginap di homestay, Yapeka juga memfasilitasi kelompok sadar wisata di Desa Labuhan Ratu 9 dalam berkoordinasi dan membangun komunikasi kepada pihak pengelola ecolodge yang terdapat di sekitar desanya. Sehingga dari pihak ecolodge bersedia mengarahkan kepada tamunya yang berstatus “backpacker” atau tidak membawa uang banyak untuk menginap di homestay yang tersedia di Desa Labuhan Ratu 9.


Program konsorsium YABI-WCS-YAPEKA memang telah berakhir pada April 2016, namun pengunjung yang bermalam di homestay masih terus berjalan. Angka pengunjung yang bermalam di homestay, khususnya di Desa Labuhan Ratu 9 cukup berkembang dengan grafik menaik. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan jumlah homestay dan jumlah kamar yang kian bertambah di Desa Labuhan Ratu 9. Kalau ditahun 2014 baru ada sekitar 5 rumah yang dijadikan homestay, saat ini (2018) sudah ada 17 rumah di Desa Labuhan Ratu 9 yang difungsikan sebagai homestay. Salah satu homestay yang cukup berkembang di Desa Labuhan Ratu 9 adalah homestay Andatu yang dimiliki oleh Bapak Sabarudin. Dimana ketika tahun 2014 homestay ini hanya menyediakan 1 kamar, namun pada saat ini telah ada 5 kamar yang difungsikan sebagai homestay. Homestay andatu juga sudah memiliki pelanggan yang kian bertambah, dimana tamu-tamu dari beberapa travel biro yang akan berwisata ke Taman Nasional Way Kambas, pastinya akan menginap di homestay andatu. Walaupun saat ini belum semua homestay yang terdapat di Desa Labuhan Ratu 9 bisa mendapatkan tamu secara rutin pada setiap bulannya, namun homestay yang saat ini ada di Desa Labuhan Ratu 9 telah siap untuk menerima tamu, terutama pada saat hari libur nasional maupun ketika musim libur di Eropa atau Amerika.

Semoga perkembangan angka kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Way Kambas dapat terus meningkat setiap tahunnya. Sehingga bukan hanya homestay-homestay yang terdapat di Desa Labuhan Ratu 9 saja yang akan ramai disinggahi oleh para wisatawan, namun homestay-homestay lainnya yang terdapat di Desa Labuhan Ratu 7 dan Desa Braja Yekti dapat juga di singgahi agar dapat tumbuh berkembang seperti homestay yang berada di Desa Labuhan Ratu 9.


Aamiin...



Way Jepara, 31 April 2019

Nano Sudarno

www.nanosudarno.blogspot.com