Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan pada Bidang Konservasi Sumberdaya Alam

Artificial Intelligence atau Kecerdasan buatan adalah bidang ilmu komputer yang dikhususkan untuk memecahkan masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola. Kecerdasan Buatan, sering disingkat sebagai "AI". 
Kecerdasan buatan memungkinkan mesin untuk belajar dari pengalaman, menyesuaikan input-input baru dan melaksanakan tugas seperti manusia. Sebagian besar contoh AI yang kita dengar dewasa ini ‘mulai dari komputer yang bermain catur hingga mobil yang mengendarai sendiri’ sangat mengandalkan pembelajaran mendalam dan pemrosesan bahasa alamiah. Dengan menggunakan teknologi ini, komputer dapat dilatih untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengan memproses sejumlah besar data dan mengenali pola dalam data

Kecerdasan buatan bukanlah untuk menggantikan kita, melainkan untuk membantu kita. AI meningkatkan kemampuan kita dan menjadikan kita lebih baik dalam hal yang akan kita lakukan. Karena algoritme AI belajar dengan cara berbeda dari manusia, AI melihat hal-hal dengan cara yang lain. Algoritme AI dapat melihat hubungan dan pola yang mungkin luput dari kita. 
Kecerdasan buatan akan mengubah setiap industri, tetapi kita harus memahami batasannya. Keterbatasan prinsip AI adalah bahwa AI belajar dari data. Tidak ada cara lain untuk memasukkan pengetahuan. Itu berarti ke-tidak-akuratan dalam data akan tercermin di dalam hasilnya. Dan setiap lapisan tambahan dari prediksi atau analisis harus ditambahkan secara terpisah. 

Sistem AI dilatih untuk melakukan tugas yang ditentukan dengan jelas. Sistem yang memainkan poker tidak bisa bermain solitaire atau catur. Sistem yang mendeteksi penipuan tidak dapat mengendarai mobil atau memberi kita nasihat hukum. Bahkan, sistem AI yang mendeteksi penipuan layanan kesehatan tidak dapat secara akurat mendeteksi penipuan pajak atau penipuan klaim garansi.
Dengan kata lain, sistem-sistem ini amat sangat terspesialisasi. Sistem ini berfokus pada satu tugas dan jauh dari berperilaku seperti manusia.

Pada bidang Konservasi Sumberdaya Alam, Sistem AI telah juga digunakan untuk memantau perburuan satwa liar di negara Kosta Rica dan negara Filipina oleh lembaga Rainforest Connection.
Di Indonesia, sistem AI akan digunakan untuk melakukan pengawasan hutan menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) menjadikan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) sebagai pilot project-nya. Proyek ini dinamakan Smart Forest Guardian atau pengawasan hutan dengan kecerdasan Artificial Intelligence.

Pada tanggal 28 April 2021 lalu, Pusat Kajian Sains Keberlanjutan dan Transdisiplin - IPB (Center for Transdisciplinary and Sustainability Science/CTSS) telah menyelenggarakan pertemuan para Saksi Ahli Satwa Liar secara virtual dalam membahas upaya pemberantasan Perdagangan dan Perburuan Satwa Liar melalui pengembangan Artificial Intelligence. Pertemuan tersebut telah dihadiri lebih dari 29 undangan yang mewakili para ahli satwa liar dari kalangan akademisi (IPB, UI, UNSRAT, UNAS, UGM), LIPI, KKH-KLHK, Lembaga atau Forum satwa liar.

Semoga kecerdasan buatan yang terus berkembang dalam dunia industri, dapat berkontribusi pula pada dunia konservasi sumberdaya alam, khususnya bagi penanggulangan perdagangan dan perburuan Tanaman Satwa Liar (TSL) serta pencegahan kebakaran hutan.
Aamiin... 


Bogor, 26 April 2021

Nano Sudarno

www.nanosudarno.blogspot.com